WASIAT KALAU SAYA ….


Untuk menulis ini, saya harus mempertimbangkannya dalam jangka waktu yang cukup panjang. Hal itu karena saya akan berbicara sesuatu yang sangat tabu untuk dibicarakan, yaitu KEMATIAN.

Dalam budaya dan kepercayaan yang berkembang, apabila berbicara kematian seolah kita mengundang kematian untuk segera menghampiri dan menyapa kita, padahal, kematian adalah sesuatu yang pasti akan datang....dan tak ada salahnya kita mempersiapkan segalanya sebelum semua itu terlambat.

Isteriku, akhir-akhir ini saya sering membicarakan kematian bukanlah karena saya ingin cepat mati, justru saya ingin ketika kematian datang kepada suamimu ini, kamu justru bahagia karena saya akan menunggumu di sorga. Sorga...? kamu pasti bertanya mengapa saya begitu yakin akan masuk sorga. Tapi biarlah itu urusan saya dengan Tuhan.

Yang jelas, ketika kematian itu datang, saya sangat yakin, Tuhan menyayangiku sebagaimana selama ini saya juga merasakan sayng-Nya. Tuhan tentunya tidak sekejam bayanganmu yang akan memasukkan aku ke neraka gara-gara eing membicarakan-Nya di berbagai tulisan saya. Justru banyaknya tulisan saya tentang Dia karena saya sangat merindukannya. Saya ingin menemukan-Nya sendiri Tuhanku sebagaimana Ibrahim menemukan Tuhannya sendiri.

Kembali ke wasiat kematian saya. Yakinlah isteriku, ketika saya mati, saya sangat menyosongnya dengan penuh kebahagiaan. Apapun penyebab kematian saya, bagi saya itu tidak masalah. Tuhanku, Allah tentunya akan membuat kematian itu terasa indah untuk dikenang oleh orang yang ditinggalkan. Bukan untuk yang meninggalkan. Semua itu sudah percuma.

Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan seputar kematiankua dan cara mengurus jenasahku kelak.....:

  1. jangan tangisi kepergianku dengan berlebihan. saya yakin kalian bisa melupakan saya seiring waktu. Tangisilah saya hanya ketika saya dikuburkan saja. Setelah itu, yakinkanlah bahwa Allah, Tuhanku memberikan yang terbaik buat kalian semua. Mulailah hidup baru. Jangan sampai kepergian saya menjadi penghalang bagi kalian semua (isteri dan anakku) untuk berhenti menikmati hidup.
  2. jangan terlalu bingung menguburkan saya. Kalau ternyata menguburkan jasad saya yang mati, yang sudah tidak ada roh Tuhan dalam jasadku, saya bersedia dikremasi dengan cepat dan kalian taburkan saja abu-nya di tempat yang kalian suka. Tanah di dunia ini berikan saja kepada yang masih hidup. Jangan sampai jasadku membuat tanah ini semakin sempit oleh kuburanku. Tapi tanyakan dulu, mungkinkah jasad orang muslim itu dikremasi?
  3. kuburkan saya setelah 5 jam dari berita kematia saya (bila saya mati dengan normal ). Tapi kalau kematin saya karena sesuatu yang berat untuk ditunggu (kecelakaan misalnya) maka segerakan menguburkanku sehingga semakin sedikit orang yang perlu melilhat jasadku. Kalau bisa, biarlah orang lain tidak melihat jasadku kalau memang akan membuat mereka menyesalinya. Mengapa menunggu 5 jam dahulu? Saya tidak mau saya hidup lagi (mati suri) dan saya ternyata sudah ada di liang lahat. Saya tidak begitu suka dengan kegelapan total seperti di kuburan. Tunggu saya 5 jam dahulu....kalau lebiih dari 5 jam saya masih tidak bangun, maka kuburkanlah!
  4. tidak usah terlalu bingung untuk mengadakan acara tahlilan untuk kematian saya. Cukuplah kalian berdoa untuk saya di rumah dan di malam-malam lainnya tanpa harus menghitung jumlah hari kematian saya. Saya tahu memang tidak ada dalam ajaran islam, walaupun saya tidak pula menolak atau menentangnya. Tahlilan yang aku harapkan hanyalah dari isteriku, orang tua dan anak-anakku saja karena memang itulah yang akan menerangi kubur saya kelak. Aku bukan anti tahlilan, tapi budaya kita terkadang sering membebani dengan berbagai gengsi, kebiasaan dan hal yang tidak berhubungan langsung dengan kepentingan sang ruh yang menunggu di doakan. Lepas saya dengan ”biasa” saja. Jangan terlalu membebani kalian justru ketika aku mati! Kematian tidaklah merepotkan saya, begitu juga kallian yang saya tinggalkan.
  5. ketika saya hidup, saya banyak menanggung hutang baik budi maupun materi. Datangi mereka dan mintalah keikhlasannya untuk melepaskan semua itu karena saya tau kalian berat untuk membayarnya. Apalagi hutang budi dari orang-orang yang peduli kepada saya. Mereka menyayangiku sehingga sering berbuat baik kepada saya tapi saya belum bisa membalasnya. Datanglah kesekolah tempat saya bekerja. Berbicaralah kepada guru, siswa dan kalau bisa melalui anak-anaknya, titpikan salam saya kepada orang tua mereka yang selama ini selalu mendorong untuk terus maju. Orang tua yang selalu mendukung saya meraih mimpi. Tulisalah di Facebook saya (status) dengan tulisan,” kepada semua orang yang telah dan atau sedang mengenal imam wibawa mukti selama hidupnya, tolong maafkan segala kesalahannya, ikhlaskan hutang budi dan materi yang pernah dia dapatkan, doakan dia dengan membaca Al-fatihah dan Al-Ikhlas (dua surat favorit dia), itu sudah cukup baginya untuk memasuki kehidupan yang lain.....” tertanda Imam Wibawa Mukti.
  6. kepada kedua orang tua saya (dari saya atau dari isteriku) maafkan segala kesalahan saya dengan membaca Al-Ikhlas. Itu akan menjadi pertanda bagi saya bahwa kalian semua mengikhlaskan saya dan memaafkan saya. Saya akan mendoakan kalian untuk bisa hidup dengan damai.
  7. kepada keluargaku, apabila ada yang membutuhkan organ tubuhku untuk pengobatan, berikan semuanya yang dibutuhkan orang yang masih hidup dan baik kelakuannya. Bagi saya, organ tubuhku menjadi tidak berarti. Saya ingin organ tubuhku menjadi amal jariah saya yang terakhir. Itu akan menolong saya....tolonglah...! Ikhlaskan! Saya tidak membutuhkan jasad saya, saya hanya membutuhkan amal. Selama hidup saya, amal saya sangat sedikit. Mudah-mudahan itu berarti kelak bagi saya. Dan kalau mereka yang tertolong memberikan uang terima kasih, terimalah dengan baik-baik dan manfaatkan untuk melanjutkan kalian hidup. Saya tidak mampu memberikan apapun pada kalian. Tapi kalau mereka tidak bisa melakukannya, ikhlaskan!
  8. isteriku, maafkan semua orang yang pernah menyakitimu melalui kelakuanku. Keisengan dan kenakalanku kepada teman dan sahabat saya sering membuat kamu risi dan salah tingkah. Itu semua bukan salah mereka, tapi kesalahanku semata. Isteriku...maafkan orang-orang terdekatku yang pernah membuatmu menangis. Karena itu semua bukan maksud mereka tapi karena kekhilafanku.
  9. anak-anaku...yakinlah ketika aku meninggal, jiwa dan ruh saya akan senantiasa berada di sisi kalian. Tapi kalian lebih baik tidak tahu. Saya takut kalian merasa tidak bebas dengan kehadiran saya disisi kalian. Saya akan selalu menjaga kalian!
  10. wahai saudara,rekan, sahabat dan semua yang pernah mengenalku jangan mengingat kesalahan-kesalahanku ya.....!
  11. kalau bisa, print semua tulisan saya dan kumpulkan lalu bagikan kepada orang-orang terdekat saya. Maksimal 50 orang terdekat saya menurut kerabatku. Biarlah tulisan saya menjadi kenang-kenangan bagi mereka.

Bandung, 9 Juni 2009

0 komentar: